Cerita Seks Terbaru 2015: Pembalasan Istri yang Sakit hati

fotodewasaindo.com | Berhati-hatilah jika memiliki istri yang binal seperti tiwi ini, jangan sampai membuatnya sakit hati. Jika tak mau membuatnya beraksi seperti pada cerita seks terbaru 2015 berjudul pembalasan Istri sakit hati dibawah ini.

Bagian 1 | Cerita Seks Terbaru 2015: Dimas, Brother in Law

Cerita Seks Terbaru 2015: Pembalasan Istri yang Sakit hati

Namaku Tiwi seorang istri dari suamiku, Rangga yang pegawai negeri dan aku sendiri bekerja pada sebuah bank di bagian back office. Kami sudah menikah 4 tahun dan masih belum dikaruniai anak. Aku sudah merasa sangat tidak bahagia dengan hidupku ini, terlebih saat sampai suatu hari aku dapati dalam memory card kamera suamiku foto-foto serta video dirinya check in dengan beberapa wanita lain di kamar hotel yang berbeda-beda. Diam-diam ku copy foto-foto bukti perselingkuhannya itu ke laptopku. Aku menangis dibuatnya, suami yang selama ini ku cintai sepenuh hati ternyata berselingkuh. Aku sangat geram, dan dalam hati sisi jahatku berniat melakukan pembalasan.

Koleksi Cerita Seks Terbaru 2015 | Posturku memang agak pendek, hingga tidak ditempatkan sebagai resepsionis di tempat kerjaku, namun wajahku boleh dikatakan di atas rata-rata. Dengan peranakan Jawa-Sunda, aku dikaruniai kulit yang putih dan perawakan chubby. Payudarakupun tergolong besar meski perutku tidak rata, namun pantatku dan pinggulku yang besar / jebrag tetap membuatku Pede. Laki-laki seringkali kudapati kepergok melirik diriku membuatku risih sekaligus bangga di usiaku yang 31.

Dimas, adik iparku yang berumur 18 tahun dan baru saja menamatkan SMA menjadi sasaran balas dendam selingkuhku yang pertama. Sejak aku masih berpacaran dengan kakaknya, dia memang kuperhatikan tertarik pada diriku. Di balik sifatnya yang agak pemalu, seringkali dia curi pandang lekukan di tubuhku.

Selama 4 tahun aku bahkan tinggal seatap dengan Dimas di rumah ibunya. Dari pengamatanku, dia sebatas mengagumi diriku tapi segan karena statusku sebagai istri dari kakaknya. Dimas selalu menghindari memandang badanku jikalau kebetulan pakaianku agak terbuka.

Dimulai saat suamiku melaksanakan pendidikan di kantornya. Rangga harus dikarantina di sebuah tempat pendidikan khusus yang disewa instansinya selama satu minggu penuh. Di rumah orangtua Rangga, tempat tinggalku saat itu hanya ada Ibu mertuaku, aku dan Dimas.

Sepulang bekerja, aku mandi sore dan memakai piyama tidurku yang biasa ku pakai sehari-hari. Petang itu, ibu mertuaku mengikuti pengajian rutin malam Jum’at sehingga di rumah hanya aku dan Dimas.

Dengan memakai wewangian serta bau sabun dan shampoo yang kugunakan saat mandi aku berias di kamar, lalu nekat menjalankan rencana nakalku pada Dimas. Ku bawa laptopku ke kamarnya di lantai dua rumah, lalu meminta dia untuk mencarikan gambar yang aku dan suamiku ambil saat kami berdua nonton konser musik, aku berdalih lupa menyimpannya dan gagal mencari lokasi folder penyimpannya.

Dimas menyanggupi permintaanku lalu aku duduk di atas ranjangnya saat dirinya meletakan laptop di meja belajarnya lalu membuka harddisk di laptop itu dan mengetikkan jenis file .jpg namun tidak juga ditemukan foto-foto yang kumaksud.

Dia berinisiatif mencari file berformat .png dan ratusan file hasil pencarian muncul di monitor laptop, dia tampak terkejut karena disana ternyata tampil foto-foto beberapa perempuan dengan Rangga, kakaknya bertelanjang di hotel dan melakukan aktivitas seksual.

Dimas berpaling menatap wajahku yang cemberut.
“Mbak, kok ada gambar ini…?”
“Iya Dim, gitu tuh kelakuan kakak kamu.” jawabku sedih.
“Sabar ya mbak, Dimas gak nyangka kak Rangga selingkuhin mbak.”

Mataku berkaca-kaca saat itu karena sedih bercampur geram, namun saat itu aktivitas pencarian masih berlangsung dalam laptopku menampilkan foto-foto aku dan Rangga di konser musik dan eng ing eng, muncul disana foto-foto narsisku hanya bercelana dalam dan berbeha hingga polos tanpa sehelai benangpun di cermin besar dalam kamarku, hampir seratus buah jumlahnya. Itu kuambil hampir seminggu yang lalu dalam rencana pembalasan atas kelakuan Rangga.

“Mbak, kok ada foto kaya gininya sih… Ih mbak nakal!”
“Kamu mau lihat? Buka aja deh tapi jangan copyin ke flashdisk ya. Mbak ga mau foto bugil mbak nyebar.”
“I… Iya deh mbak”

Jadilah dengan aku di belakangnya, Dimas membuka foto-foto narsis nakalku berformat .png di ACDSee Quickview. Dalam folder itu dimulai dengan fotoku berpose narsis dengan pakaian piyama yang sedang kupakai, lalu pose selanjutnya ku lepaskan celana piyamanya, menampilkan vagina gemukku serta pantat montokku berbalut CD pink berbahan tipis, dalam beberapa gambar kuarahkan langsung ke CD menampilkan jembutku yang tercetak dibalik CD. Atasan piyamaku menyusul kulepas di pose selanjutnya, bagian atasku ditutupi bra pink berenda dan disitu terlihat buah dadaku 36c jelas dalam beberapa jepret dengan wajah nakalku.

Dalam pose selanjutnya ku lepas bra, hingga puting besar merah kecoklatan terekspose. Ku zoom toketku dengan puting dalam beberapa jepret, ada juga beberapa gambar pas fotoku topless. Kemudian grand prize bagi Dimas dalam foto selanjutnya, pose saat ku lepas CD pinkku menunjukkan jelas rimbunan jembut yang menutupi meki. Pose selanjutnya dengan sebelah tangan kubuka belahan meki dan beberapa zoom ku ambil pada meki. Dengan menempatkan kamera di bawah meki ku, tidak hanya bagian dalam mekiku seperti mulut meki alias jengger, itil dan lubang mekiku, lubang pantatku, udel, perut, toket, bahkan wajahku pun diambil gambarnya dalam pose itu.

Pose itu bukan pose terakhir, karena selanjutnya ada pose dimana dengan sedikit nakal, aku bermasturbasi dengan mentimun kumasukkan ke lubang mekiku. Dalam pose itu wajah terangsangku terlihat sangat seksi. Pose narsis nakalku diakhiri saat aku kencing enak alias orgasme dengan servis mentimun di vaginaku. Lendir putih lengket keluar dari vaginaku.

Sambil melihat foto-fotoku itu, Dimas melorotkan celananya dan tuing penisnya keluar. Ukurannya tak berbeda jauh dengan milik Rangga. Dia tidak berani melirikku karena sifat pemalunya, hingga aku yang harus berinisiatif.

Ternyata Dimas berinisiatif mengocok penisnya dengan tangan sendiri hingga muncrat sebelum semua gambar bugilku selesai dibuka di ACDsee. Menyadari kondisi rumah aman, aku juga melorotkan celana piyamaku diatas tempat tidur.

Dimas yang mendengar gerakanku, menoleh ke belakang mendapati celanaku terlepas menampilkan paha putihku. Namun CD tidak ikut ku lepas karena sayangnya saat itu aku lagi haid sehingga aktivitas nakal ku dan adik iparku tidak bisa berlanjut pada tahap exe / ml.

“Sini Dim, mbak pengen nyepongin kamu, boleh kan?”
Ku raih penisnya yang sudah mengecil karena ejakulasi tangan sendiri, kujilati bagian kepala, leher dan bijinya dengan lembut hingga Dimas mendesis keenakan memegangi kepalaku erat sambil membelai.
“Emmmmh… Makasih banyak ya mbak Tiwi… Dimas baru kali ini ngerasain dikaraoke sama cewe”
“Glorrgghh… Iya Dim” ternyata tangan Dimas berinisiasi membelai wajah serta tubuhku sembari mendesis keenakan mendapat layanan BJ dariku. Sebelumnya hanya Rangga dan dua orang mantanku yang pernah kuoral.

Sekitar lima menit kuoral penisnya, Dimas pun berejakulasi di mulutku, aroma dan rasa pejunya agak mirip dengan milik kakaknya, kutelan sebisaku karena jumlahnya ternyata lebih banyak dibanding peju Rangga yang biasa ku oral.

Aku lalu bangkit mencium wajahnya sambil mengarahkan tangan Dimas pada toketku, dia berinisiatif meremasnya. Aku merasa sakit dibuatnya, lalu kudekap kepalanya dengan toket yang masih tertutup piyama.

“Mbak, pengen liat susu mbak langsung dong, please” desaknya. Aku mengangguk pasrah membiarkan tangannya melepas baju piyamaku serta bra tipis yang biasa kupakai untuk tidur. Matanya terbelalak penuh dengan kekaguman tidak membuatku jengah melainkan bangga.

Dimas menciumi toketku penuh kelembutan lalu mengecupnya sambil memandangi wajahku, “Makasih banget mbak…”
“Iya dim, sama-sama. Mbak janji kita nanti ML kalau situasinya aman” aku membalas dengan membelai lembut penis Dimas yang mulai menegang. Ku sudahi aktivitas nakal kami dengan berpakaian serta membawa laptop kembali ke kamarku di lantai bawah. Tak sabar rasanya menunggu situasi rumah berpihak pada aku dan sang adik ipar.
Btw, aku ketagihan berfoto selfie bugil semenjak aku berfoto-foto narsis nakal yang kusiapkan dalam rencana menggoda Dimas. Selama berada di kamar sendirian, atau di kamar mandi, aku rajin mengambil foto nakedku dengan webcam / camera laptop, HP ataupun camdig yang ada dan aku menyimpan semua file foto bugil rahasiaku di laptop dengan proteksi password rumit yang hanya aku yang tahu.

Hubungan nakalku dengan Dimas berpuncak saat suatu Sabtu pagi dimana aku libur bekerja sedangkan suamiku tengah melakukan trip pendakian bersama teman-temannya sedangkan ibu mertuaku sedang belanja di pasar. Aku nekat masuk kamar tidur Dimas di lantai dua pagi itu.

Pintu kamarnya dikunci, sehingga aku harus mengetuknya.
“Dimas, bangun dong! kita lanjutin yang waktu itu…”
Cukup lama menunggu, akhirnya ada jawaban dari Dimas di dalam “Iya mba, tunggu sebentar…”

Setelah masuk kamarnya, aku dapati Dimas hanya bercelana boxer dan kaus singlet. Segera aku tutup dan kunci pintu kamarnya. Aku saat itu masih memakai baju dan celana piyama duduk di atas ranjang bersebelahan Dimas yang masih pasif.
“Siap ya Dim, kita lanjutin yang waktu itu” rayuku padanya, dan dia hanya mengangguk.
“Bukain dong baju mbak” pintaku dengan senyum menggoda.
“I.. Iya mbak…”

Dimas mendekatkan badannya ke arahku lalu melepas kancing-kancing piyamaku. Dengan mengangkat pantat dari kasur, celana piyamaku juga dilepasinya. Dari saku celana piyamaku kuambil smartphone dan ku minta Dimas mengambil gambarku dengan kamera hp tsb. Aku berpose beberapa kali hanya ber-bra dan berceldam, lalu menyibak kain tipis itu memberikan puting serta liang mekiku ekspose pada kamera hp. Setelah bosan berfoto, tanganku meraih kepala Dimas dan kusosor mulutnya kuciumi ternyata Dimas menyambut ciumanku dengan menghisap serta memainkan lidahnya. Tangan Dimas juga bekerja dengan membelai serta meremas toket dan pahaku. Hanya sesaat, desisan kenikmatan keluar dari mulutku disertai mekiku terasa lembab dan gatal, nafsuku memuncak akibat ulah kami.

Termakan nafsu birahi tanganku meraih selangkangan Dimas menemukan penisnya tegak mengacung dibalik boxer. Kubelai juniornya dan Dimas mendesah keenakan. Lalu aku melepas pagutan di mulutnya, mengarahkan wajahku ke bawah melepaskan boxer dan CD Dimas. Terakhir kulihat penis Dimas ditumbuhi pubis yang lebat, namun kali ini DImas merapikan rambut pubisnya hanya menyisakan sedikit di atas pangkal batang penisnya. Penisnya berdiri dengan gagah keras sekali pagi ini aku kembali mengoral penisnya lembut sambil Dimas melepas singlet, dia memaju mundurkan selangkangannya ke wajahku keenakan. Beberapa jepret juga diambil Dimas saat itu, membuat aku semakin liar berfikiran tentang pembalasan pada suamiku.

Sembari mengemut penis DImas, tangan kananku meremasi toketku sendiri memilin-milin puting sedangkan tangan kiriku memainkan mekiku, mensimulasi itil serta wilayah pubis membantu membuatku naik dan menyiapkan si liang untuk prosesi exe. Sekitar 5 menit dalam posisi itu aku naik ke atas ranjang terlentang sambil mengangkangkan kakilu lebar. “Ayo Dim, colok meki mbak pakai titit kamu”.

Dimas mengerti dengan menindih tepat di atasku, wajahnya kembali menciumi wajah dan leherku sambil dengan tangannya sendiri penisnya di arahkan masuk ke liang mekiku yang basah menunggu. Kepala penis Dimas menggosok bibir vaginaku beberapa kali, perlahan masuklah kepala hingga leher penis Dimas memberiku sensasi sesak dalam vaginaku sekaligus menuntaskan gatal yang sudah mendera akibat birahi.

Selain suamiku, Rangga hanya satu orang mantanku yang sempat ML denganku. Kali ini rekorku bertambah menjadi tiga dengan penis Dimas, adik iparku keluar masuk menerobos masuk liang kawinku. Gerakan pinggulnya sangat bernafsu mengocok vaginaku yang ditindihnya, diriku dan Dimas saling mengerang kencang-kencang diterpa nikmatnya pergumulan seks pertama kami.

Benar saja, karena saking nafsu Dimas berejakulasi di dalam vaginaku sekitar 5 menitan. Namun untungnya aku sudah sempat nyampai duluan lalu mendekap badan Dimas. Peju Dimas keluar hangat dalam beberapa kali semprotan, aku sangat berharap dia menghamiliku. Rupanya Dimas juga mengerti akan kerinduanku akan sesosok momongan hingga dia menanam benihnya di liang mekiku tanpa permisi dahulu. Ku cium mulut Dimas seusai benih calon anaknya disemai di dalam rahimku. Dimas terengah sambil mulai menghisapi mulut dan lidahku.

“Dim, angkat pinggul Mbak ke atas dong. Mbak pingin peju kami berenang jauh di dalem. Tapi jangan dilepas titit kamu.”
Dimas agaknya mengerti permintaanku, Dia bangkit dan memakai lututnya sebagai penopang badannya mengangkat pinggulku naik sedangkan punggungku masih di atas ranjang.

“Fotoin lagi Dim” Mekiku saat itu masih disumpal penis Dimas disertai gumpalan lendir jus kenikmatan kami berdua. Dia bahkan memfoto wajahku dalam posisi begitu.

Lokasi pasar berada lumayan jauh dari rumah kami. Sekarang baru pukul 8 pagi, Ibu mertuaku baru akan pulang sekitar pukul 9. Aku meminta Dimas turun ke lantai bawah membawakan minum smoothie serta jeruk nipis untukku dan telur mentah untuknya . Dengan meminum smoothie yang dibuat dari sayuran dan buah serta air jeruk nipis yang kecut dan katanya berkhasiat, aku sangat berharap dapat menyuburkan kandunganku.

Aku tiduran menungging di atas kasur Dimas menunggu pesananku datang. Agak lama Dimas masuk kamarnya dan kami meminum smoothie yang dibuatnya di lantai bawah. Habis lebih dari setengah gelas, Dimas memintaku mencuci meki katanya dia ingin melakukan jilmek padaku. Aku menurut saja masuk kamar mandi di kamar Dimas lalu beberapa kali menyiram sambil menggosok area sekitar meki dan liang pantatku, lalu ku lap dengan tisu.

Aku kembali berpose nungging dan Dimas menyusul memegangi kedua pahaku kurasakan wajahnya menyentuh bagian dalam selangkanganku, dia menjilati bagian depan vaginaku, bibir meki, hingga akhirnya liang pantatku juga dijilatinya dan dicolok dengan jarinya. Klitorisku yang nongol di depan lalu jadi sasarannya, disapunya daerah itu menggunakan lidahnya bergerak kesana kemari, aku sudah akan hampir orgasme hanya dengan permainan jilmeknya beberapa menit.

Dimas berhenti lalu bangkit, kepala penisnya kini yang mendobraki liang mekiku. Diambilnya bantal menjadi pengganjal dibawah selangkanganku lalu kepala penis Dimas masuk semakin jauh sementara toketku diremasinya dari belakang.

“Ahhhhh” nikmatnya sensai doggie ini karena semakin lama penis Dimas terasa semakin dalam menyentuh area sensitif g-spotku. Kali ini hentakan selangkangan Dimas dibuatnya agak santai perlahan, namun bertenaga. Pyak, pyak, pyak, plok, plok, plok bunyi pantatku beradu pahanya.

Aku sudah orgasme ditengah pergumulan gaya anjing kami, cairan lendir nikmat ku pasti dapat dirasakan oleh DImas. Mulutku tak henti-hentinya mengerang nikmat di pagi hari yang sudah benderang.

Semakin lama genjotan DImas semakin cepat, aku paham dia akan ejakulasi. Sementara aku juga meraih orgasme ku lagi. Dengan mengerang Dimas menyemburkan pejunya lalu badannya agak bangkit mengangkat kemaluanku ke atas dengan inisiatifnya sendiri. Aku juga mengerang nikmat saat bagian terdalam mekiku disiram peju Dimas, aku meraih orgasme kesekianku.

Plop, penis Dimas akhirnya keluar. Aku merupah posisi menjadi duduk mengangkang dan dengan telaten Dimas menggunakan tisu dilapnya vaginaku dari peju serta lendir sisa persetubuhan kami. Aku mengkontraksikan mekiku akibatnya semakin banyak cairan yang keluar dari sana, Tisu yang penuh spermanya kuambil lalu kujilati serta kutelan gumpalan yang ada.

Dimas kembali mempotretku dengan smartphoneku, setelah itu dia buka olehnya galeri foto. Aku bangkit memakai kembali pakaian dalam serta piyamaku, kuhabiskan juga smoothie segar meengembalikan staminaku yang terkuras.

“Makasih ya Dimas” aku mengecupnya selamat tinggal sebelum keluar dari kamarnya.
“I love you, mbak Tiwi… Semoga peju Dimas jadi janin.”

Setelah itu selain ML dengan Rangga, suamiku yang biasanya kami lakukan 3x seminggu. Setiap ada kesempatan mekiku disemai benih milik adik iparku, Dimas.


Bagian 2 | Cerita Seks Terbaru 2015: Yanto, Uncle in Law

Yanto adalah adik dari Ibu mertuaku, aku memanggilnya paman. Dia bekerja dan tinggal di Jakarta sebagai seorang atasan di sebuah perusahaan. Usianya sekitar 40 dengan badan sedikit gempal, anaknya sudah tiga yang paling besar sudah kelas 8 SMP.

Jikalau Paman Yanto sedang berada di Bandung, dia kadang menginap di hotel dan terkadang tinggal di kamar tamu di rumah ibu mertuaku. Penampilannya sangat flamboyan sebagai orang yang berada, busananya berlabel terkenal dan klimis. Kadang dalam kepentingan dinas, Paman Yanto harus bolak balik ke kota kami.

Suatu hari aku bersama dua orang teman kerja wanitaku tengah mengunjungi sebuah mall di kotaku sepulang kantor untuk refreshing sekaligus membeli beberapa barang. Tak kusangka di mall aku bertemu dengan Paman Yanto disana yang ternyata tidak sendiri melainkan dengan seorang perempuan muda.

“Tiwi” sahutnya memanggilku duluan. Aku yang tengah melihat-lihat barang di etalase kontan menoleh mencari asal suara.
“Eh, Paman… Udah lama di Bandung? kok gak ngasih tahu?”
“Iya nih Tiwi, ada urusan bisnis sekalian nyari hadiah buat mertua Paman mau nikahin anaknya yang bungsu, ini kenalin adek ipar Paman, Fatimah” Yanto dengan ramah mengenalkan perempuan yang menemaninya. Fatimah saat itu mengenakan kerudung ungu serta rok dan kemeja panjang warna hitam dan ungu. Wajahnya cukup manis dengan kulit sawo matang.
Beberapa menit kami bertiga mengobrol ringan mengenai keluarga kami, kemudian aku izin kepada teman kantorku tidak ikut rombongan mereka. Paman Yanto menawarkan mengantarku pulang dengan mobilnya.

Kami bertiga masuk sebuah restauran dan mengisi perut kami setelah aku cukup membeli barang yang kuperlukan serta paman Yanto dan Fatimah juga membeli hadiah untuk nikahan adik ipar bungsu mereka. Dari obrolan panjang bersama mereka, aku tahu kalau suami Fatimah bekerja di pulau Sumatra. Fatimah tidak tinggal di Bandung, tapi di Bogor. Yantolah yang mengajaknya ikut ke Bandung berjalan-jalan sekalian urusan bisnis kantornya. Sontak didalam pikiranku berputar-putar dugaan perselingkuhan paman iparku itu dengan adik iparnya.

Selesai makan, waktu masih menunjukkan pukul 5 sore. Paman Yanto mengajak aku dan Fatimah menyewa ruang karaoke di mall tsb. Aku menyetujuinya saja karena memang sedang santai, Rangga suamiku sudah kuberitahu aku pulang agak petang hari ini. Di dalam ruang karaoke, Paman Yanto mengambil beberapa botol minuman beralkohol sedangkan aku mengambil soft drink. Paman Yanto duduk di tengah sofa diapit diriku dan Fatimah. Kami bertiga asyik menyanyikan lirik lagu di monitor hingga dua-tiga lagu, sebelum kemudian tangan paman Yanto bergerilya di tubuhku yaitu di pahaku dan ketika ku menoleh ke arahnya ternyata dia sedang menciumi toket milik Fatimah. Aku tetap melanjutkan aktivitas menyanyiku dengan sadar bahwa tangan paman Yanto masih bergerak di pahaku kini naik ke arah pinggang mencoba merangkulku.

Kerudung di kepala Fatimah akhirnya terlepas memperlihatkan rambutnya yang pendek berponi, wajahnya menciumi kepala serta wajah paman Yanto yang kini sedang bernyanyi memegang microphone. Tangan paman Yanto yang satunya berhenti menjamah pinggangku kini mengarah ke toket Fatimah dan dengan perlahan kancing kemejanya dipreteli lalu tangan itu masuklah merabai toket Fatimah yang tinggal hanya terhalang beha.

Fatimah sudah mendesah-desah keenakan dengan servis jemari tangan kakak iparnya di area sekwilda yang terekspos. Wajahnya memerah dan berekspresi merem melek, aku yang melihatnya ikut geli terbakar birahi. Puas bagian toketnya diremasi, Fatimah turun ke arah selangkangan paman Yanto membuka sabuk serta resleting celana jeans yang dipakai. Dengan menariknya setengah paha, hanya CD berwarna abu-abu saja kini yang melindungi penis paman Yanto. Dengan liar Fatimah meremasi gundukan dibalik CD paman Yanto sambil wajahnya ikut menciumi dan menghirup CD yang mulai basah oleh liur Fatimah dan precum paman Yanto.

Tangan kiriku tiba-tiba diraih paman Yanto dan digenggamnya erat, perlahan diarahkannya ke arah gundukan dibalik CDnya sambil satu tangannya lagi mengelusi rambut pendek Fatimah yang beraksi. Aku diam saja mengikuti keinginan tangan paman Yanto, bulu kudukku berdiri disertai tetesan keringat sambil menelan ludah, tidak menyangka sesi karaoke kami bertiga berubah menjadi seliar ini. Tak lama Fatimah tarik turun CD berbahan kaos kebawah sehingga tanganku langsung membelai kulit penis paman Yanto.

Penis milik paman Yanto cukup besar, tebal dan botak karena ternyata dia rutin mencukur dan mengerok pusaka kejantanannya. Panas dari penisnya menjulur di tangan lembutku. Sambil kubelai dengan tangan kiri, ada juga kedua tangan Fatimah serta mulutnya ikut menjamahi batang penis Yanto yang semakin mengeras. Fatimah memasukan batang kelamin itu ke mulutnya dan aku hanya membelai bagian bawahnya saja sekitar biji pelir yang lumayan besar, beberapa menit disepong Fatimah, paman Yanto hanya mendesah-desah saja sedangkan Fatimah sudah terengah-engah dilanda pegal memainkan rahang dan lidahnya.

Tangan paman Yanto kembali bergerilya di badanku ketika penisnya disepong Fatimah, resleting di belakang rokku di lepaskannya dan pantat serta selangkanganku diraba-rabainya membuatku terangsang sembari kami berdua tetap bersenandung.

Hingga akhirnya kepala Fatimah didorong lembut oleh paman Yanto dia membetulkan CD serta celana jeansnya. Fatimah juga membersihkan wajahnya dengan tisu lalu membetulkan kemeja dan memakai kembali kerudungnya. Akupun membetulkan rok kerjaku yang acak-acakan setelah tadi diserang tangan paman Yanto.

Nafasku terengah-engah akibat aktivitas kami bertiga. Badanku sudah menghangat dilanda birahi, kuyakin wajahku yang berkulit putih kini memerah. Kulihat juga Fatimah yang berparas cantik sama halnya sepertiku terengah-engah dengan wajahnya agak sayu.

Paman Yanto lalu menenggak minuman di atas meja lalu memintaku dan Fatimah ikut menenggak minuman yang beralkohol. Terbawa suasana kuturuti perintah paman Yanto menenggak minuman keras itu, rasanya agak aneh buat lidahku namun kupaksa menelannya walau hanya sedikit.

Kami bertiga lalu keluar dari mall tersebut menggunakan mobil paman Yanto, mengarah pada hotel yang ditempatinya di kawasan Gatot Subroto, Bandung. Setelah kejadian di karaoke tadi nafsu birahiku menuntutkan pelampiasan, namun efek alkohol yang ku konsumsi membuat kepalaku agak rileks sementara perutku hangat.

Dari parkiran hotel, aku dan Fatimah bercakap-cakap akrab membuntuti paman Yanto di depan kami menuju kamar yang disewanya. Sesampainya di dalam kamar hotel bintang 4 itu, pintu kamar hotel langsung dikunci Fatimah. Sementara aku langsung ditubruk paman Yanto dengan buas ke arah ranjang.

Posisiku yang diam saja ditubruk paman Yanto kini rebah di atas kasur hotel tengkurap dengan paman Yanto menindih punggungku di atas. Sedari tadi di room karaoke, aku memang sudah bernafsu dan merelakan jika akhirnya hal seperti ini terjadi padaku.

Tengkuk serta daerah leherku diciumi oleh paman Yanto dan digigitinya kecil, aku menoleh ke arah samping ranjang ku dapati Fatimah menelanjangi dirinya sendiri. Kedua tangan paman Yanto membelai sekujur badanku dari dada, pinggang, pantat sampai kakiku sembari tetap menindihku.

Aku hanya dapat menikmati gejolak birahi yang sangat kuat akibat rangsangan paman Yanto dengan mendesah di setiap rabaan serta ciumannya. Fatimah akhirnya usai menelanjangi dirinya sendiri, tampak selangkangannya lebat ditutupi jembut lebih rimbun dari milikku dan toketnya kutaksir agak mirip besarnya dengan milikku.

Tangan paman Yanto akhirnya meraih resleting rokku dan melepaskannya ke bawah, menyisakan CD berbahan nylon warna krem membungkus pantatku. Paman Yanto mengarahkan kepalanya ke bongkahan pantatku, menciumi area bawah selangkanganku lalu menggigiti daging pantatku dengan gemas.

Fatimah lalu bergabung dengan kami ke atas ranjang dan membantu melepas celana paman Yanto. Aktivitas paman Yanto menjarah daerah bawahku pun terhenti. Dirangkulnya leher paman Yanto lalu mereka berdua rebah di sebelahku, kulihat penis paman Yanto sudah tidak tertutup apapun lagi kini siap untuk menyetubuhi adik iparnya. Kubantu melepaskan celana paman Yanto yang masih fmenyangkut di kakinya. lalu di depan mataku kulihat penis besar miliknya menggagahi vagina adik iparnya dalam gaya missionary.

Kulihat expresi paman Yanto dan Fatimah, keduanya terlihat merem melek keenakan disertai dengusan serta erangan berbarengan pertemuan kedua kelamin mereka. Paman Yanto tidak melindungi penisnya dengan karet kondom, penisnya hitam besar tanpa jembut kontras dengan meki milik Vatimah yang ditumbuhi banyak rambut pubis. Aku memandang pertautan kelamin keduanya sambil menelan ludah, membayangkan kenikmatan yang diraih Fatimah oleh penis besar kakak iparnya. Iseng, kubelai pantat paman Yanto dengan tangan kananku dan toket Fatimah dengan tangan satunya, ikut berpartisipasi.

Aku bangkit dari ranjang untuk pipis dahulu. Di kamar hotel sudah banyak barang berupa tas dan pakaian milik Fatimah dan paman Yanto. Agaknya mereka bukan hanya sehari dua hari nginep di hotel ini.

Ketika aku kembali ke peraduan kamar hotel, ku dapati mereka mengganti posisi menjadi gaya anjing. Erangan keduanya semakin nyaring saja, aku hanya perhatikan dari jauh.

“Tiwi, sini dong paman mau maen sama kamu.” Aku pun naik ke atas ranjang lalu mengangkang di sebelah Fatimah. Mekiku masih agak lembap walaupun tadi sehabis kencing sempat ku lap.

Akhirnya paman Yanto mencabut penisnya dari liang meki Fatimah, kulihat sangat basah penis botak paman namun tampak masih sangat menegang. Aku berasumsi paman Yanto belum berejakulasi sedangkan Fatimah sudah meraih orgasme hingga mekinya tampak basah dan labianya sangat merah.

Paman Yanto mengangkat pahaku yang mengangkang dan selangkanganku didudukannya di atas miliknya. Kakinya dilipat tepat dibawah badanku. Ku pegangi penisnya mengelusnya lalu menatap wajah paman.

Back To Top