Cerita Bokep Seru: Kuliah Kerja Ngentot

Cerita Bokep Seru: Kuliah Kerja Ngentot

Cerita Bokep Seru: Kuliah Kerja Ngentot | Banyak mahasiswa yang bersungut-sungut ketika mendapat tugas KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang diberikan olah kampusnya, berbeda halnya jika tugas tersebut berubah menjadi ngentot seru penuh gairah seprti yang diceritakan dalam cerita bokep seru ini. Sebenarnya cerita bokep ini merupakan cerita bokep yang sudah lama beredar dengan judul asli “KKN yang Indah”. Tapi tak ada salahnya fotodewasaindo.com posting lagi, siapa tahu anda belum pernah membaca cerita bokep yang sangat seru berikut ini:

Cerita Bokep Seru: Kuliah Kerja Ngentot – Bagian I

Cerita Bokep Seru | Tak terasa sudah memasuki bulan kedua aku menjalani KKN di Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang. Bersama 5 cewek dan 3 cowok termasuk aku, kelompok ku sudah berintegrasi dengan masyarakat Bonomerto. Sudah merasakan susahnya melaksanakan tugas-tugas berat selama KKN. Keluar masuk pedesaan yang belum pernah dikenal sebelumnya. Jalan masih berbatu belum diaspal. Bila malam hanya diterangi lampu minyak karena belum terjangkau listrik. Mandi di sendang terbuka tanpa dinding. BAB di sungai dengan air jernih yang mengalir deras. Benar-benar kehidupan yang alami dan eksotik.

Dalam melakoni hidup sehari-hari dalam keadaan yang serba darurat itu, kami yang datang dari berbagai daerah dan berasal dari jurusan dan fakultas yang berbeda, tidak jarang mengalami konflik karena bertahan pada prinsip perjuangan masing-masing, tetapi selalu berakhir dengan happy karena bersama-sama menyadari, bahwa nama baik pribadi dan almamater menjadi taruhan di desa pengabdian ini. Kesibukan yang menguras tenaga dan pikiran, ditambah dengan kesulitan yang selalu muncul, membuat kelompok kami semakin kompak. Merasa senasib seperjuangan menderita dan bahagia bersama. Jika ada satu atau dua di antara kami sedang pulang ke Semarang, terasa sekali ada yang hilang. Kalau ada yang sakit, seisi Posko bergantian merawat dan memberi perhatian. Mesraaa sekali hubungan persaudaraan kami. Mendekati berakhirnya masa KKN, dibalik rasa senang karena tugas berat sudah berakhir, terbersit rasa sedih, takut berpisah dan tidak ketemu lagi. Kadang sampai larut malam kita tidak tidur, berkumpul di kamar depan, karena hanya ada dua kamar di posko itu. Aku pegang gitar, mengiringi teman-teman menyanyi lagu-lagu nostalgia. Lelah menyanyi berbicang-bincang membicarakan masalah pribadi, bahkan mencurahkan rahasia terdalam. Tentang keluarga, tentang pacar masing-masing, tentang suami atau isteri masing-masing. Para Pembaca perlu tau, bahwa ketiga cowok sudah berkeluarga, tetapi hanya 1 cewek yang sudah berkeluarga, Mbak Etty atau teman-teman panggil beliau Bu Etik. Yang empat itu masih gadis, tetapi mereka mengaku sendiri sudah tidak perawan lagi. Benar-benar tak ada rahasia di antara kami. Karena sudah mengantuk dan lelah ada yang tertidur di situ juga, malas masuk kamar. Akhirnya sampai pagi kita tidur di kamar depan semua. Hari pertama atau itu malam pertama kita tidur bersama di satu tempat. Tak terjadi apa-apa sampai pagi. Semua bangun pagi dengan selamat tak kurang suatu apa.

Penarikan mahasiswa KKN tinggal 10 hari lagi. Semua sibuk finishing program masing-masing. Aku dan Mbak Etty kebagian mempersiapkan pentas seni. Kita bekerja berpacu dengan waktu. Kami benar-benar sudah lelah lahir batin. Sampai di Posko sudah jam sembilan malam. Seperti sudah ada kesepakatan sebelumnya, kita tidur jadi satu lagi. Endah dan Mbak Etty mengapit aku. Endah memelukku . Kaki Bu Etik menimpah pahaku, berat. Joko berpelukan dengan Yuni, Ponijan yang mirip Temon itu malah dipeluk dua cewek cantik, Marsitah dan Duwik.

Karena kaki Bu Etik cukup berat, maka terpaksa kuangkat, akibatnya selimutnya mlorot dan pahanya yang mulus itu terpampang jelas di depanku. Berdesir darahku, tapi kucoba tepis pikiran kotor yang melintas sesaat. Bu Etik itu ternyata cantik juga, mirip Camelia Malik. Kesibukan tugas membutakan mataku terhadap kecantikan ibu beranak satu ini. Karena sibuk mengurusi kaki Bu Eti, aku terlepas dari pelukan Endah. Aku meluruskan kaki dan membenahi letak sarungku, bermaksud tidur lagi. Begitu aku merebahkan diri, meletakkan kepala di bantal, Bu Etik langsung miring ke arahku dan memeluk aku !! Entah sengaja atau tidak, tangannya tepat di atas kemaluanku. Hangatnya tangan Bu Etik terasa sekali. Membuat si kecil itu mengedut dan pelan-pelan bangkit. Akal sehatku bermaksud menyingkirkan tangan nakal itu, tapi bisikan setan lebih kuat, maka kubiarkan tongkat wasiatku membesar dan memanjang. Sekarang, tangan Bu Etik bergerak mengurut kemaluanku yang masih tertutup sarung. Genggaman tangannya semakin erat, tapi semakin lembut. Kuamati matanya, masih tertutup. Tapi aliran nafasnya bukan seperti orang tidur, nafasnya berat dan cepat. Aku belum berani bereaksi, masih ragu-ragu dan juga kawatir kalau menyinggung perasaan beliau, jika kuhentikan. Dia adalah Kepala Sekolah yang berwibawa. Kalau aku berani pegang dia dan marah, bisa panjang urusannya. Satu-satunya yang aman kulakukan adalah membebaskan si kecil dari CD dan sarung yang membuatnya terjepit. Setelah tidak terhalang sarung, telapak tangan Bu Etik semakin terasa panas menggairahkan. Badanku panas dingin. Menahan rangsangan itu sampai gigiku gemeletuk seperti kedinginan. Kesadaranku makin lama makin hilang, otak sudah dikuasai rangsangan birahi yang menggelegak. Tanganku segera mencari sasaran. Kuraba sudut gelap di pangkal pahanya……astaga…….tak memakai CD dan sudah banjir…..?? Karena posisiku berhadapan tetapi lutut Bu Etik melipat ke depan, aku pindah ambil posisi di belakang beliau. Kini aku menghadap ke arah Endah, tetapi berada di belakang punggung Bu Etik. Wanita cantik setengah baya ini masih merem, tetapi tangannya terus mencari kemaluanku. Saat penisku kutempelkan di vaginanya yang berambut lebat itu, tangannya aktif menuntun masuk dan …..blesssss……diiringi dengusan nafas Bu Etik dan dengkur halus orang-orang di depanku, aku terus maju mundur menyodok lubang basah Ibu Kepala Sekolah ini. Dinding vaginanya meremas-remas tongkatku. Jika Endah membuka mata, tentu melihat pemandangan indah, bagaimana tongkat hitam jelek membelah bibir merah sumber keniKmatan. Lubang itu mengeluarkan cairan berbusa yang mengakibatkan tongkat hitam itu dipenuhi busa putih. Lendir kenikmatan. Tusukan itu begitu dalam menembus rahim wanita stw yang cantik ini. Wajahnya yang anggun masih terpejam. Buah dadanya seakan mau tumpah keluar, terguncang-guncang karena sodokan-sodokan yang menggetarkan. Lama berpisah dengan keluarga, menjadikan wanita anggun ini kehausan

Tiba-tiba Bu Etik meluruskan kakinya dan mengubah posisi tidurnya telentang. Kucabut penisku dan kini kutusuk dari atas. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, kubuka selimut yang menutupi dadanya. Kunaikkan beha hitamnya dan muncullah penampakan luar biasa. Buah dada yang montok , kenceng dan putih. Tak sabar bibirku ngenyot putting-putting merah jambu itu bergantian. Di bawah sana, pantat Bu Etik bergerak muter-muter disertai desahan lirih;” Uuhhhh….uhhhh…….uhhh…..” Seluruh pahanya kini terbuka dan dinaikkan, kedua tangannya memegang pahanya yang merapat ke dadanya, sehingga lubang kenikmatannya semakin lebar. Memudahkan penisku untuk keluar masuk. Mengetahui beliau sudah semakin basah mendekati orgasme, gerakan kupercepat, makin cepat dan ………oohhhhh…… kukeluarkan cairan kepuasan itu di dalam!!!! Bu Etik langsung tidur tanpa membereskan kainnya yang tersingkap dan buah dadanya yang luber ke mana—mana. Maka kurapikan seperti semula. Di wajahnya terlihat senyum kepuasan. Kini nafas Bu Etik mengalir teratur. Dengkurnya halus. Beliau sudah tertidur pulas membawa mimpi indah. Tak lama aku pun menyusul menuju ke pulau impian. Tapi tengah malam sekitar jam dua aku terbangun oleh suara berisik. Aku tidak bangun, hanya membuka mata, dan meilhat pemandangan langka. Marsitah yang putih mulus itu bertelanjang dada, sedang “naik kuda”. Ponijan cowok hitam berotot tapi berwajah lugu itu, ngorok keras, sementara tongkat hitamnya yang besar keluar masuk lubang kenikmatan Marsitah yang ayu. Tangan Sitah meremas-remas payudaranya sendiri. Gerakannya liar semakin lama semakin cepat. Sampai akhirnya dia ambruk di dada Ponijan yang terus ngorok seperti suara gergaji. Ternyata jika nafsu sudah bicara, cewek se-ayu Marsitah bisa “makan” dengan lahap “bodin” Banyumasnya Ponijan yang hitam legam itu. Memikirkan hal itu ototku tegang lagi. Sayang sekali, tidak lama kemudian sudah terdengar azan Subuh. Tapi KKN belum berakhir.


Cerita Bokep Seru: Kuliah Kerja Ngentot – Bagian II

Jam setengah empat pagi di Posko KKN. Delapan mahasiswa meringkuk kedinginan. Tidur hanya beralaskan “kepang” (anyaman kulit bambu) dan berselimut sarung tipis, tidak mampu mengusir hawa dingin yang menusuk tulang. Hanya satu cara menghangatkan tubuh, memeluk teman di sebelahnya. Itulah yang kami lakukan. Tidur bersama malam kedua ini ternyata sudah “tidak aman”. Hawa dingin ini sudah “memakan korban” Korban kehangatan dan kenikmatan. Di luar tahuku, ternyata Joko sudah mencuri start berpacu dengan Yuni sebelum aku menggerumuti Bu Etik tengah malam tadi. Perbuatan Joko dan Yuni itu membikin Bu Etik horny, suasana malam itu mendukung terjadinya tindakan mesum di Posko itu, selain juga disebabkan beliau lama berpisah dengan keluarga di tempat yang berhawa dingin itu.Akibatnya…..aku dengan ikhlas seikhlas-ikhlasnya mau menjadi korban pelampiasan nafsunya. Sekarang, di pagi dinihari yang amat dingin itu, kulihat Yuni dan Joko masih berdekapan erat. Yuni masuk ke dalam sarung Joko. Gila!!! Kemesraan mereka merangsang lagi, membangkitkan lagi libido yg sempat tertidur setelah menggumuli Bu Etik. Penisku sudah mulai terbangun lagi. Di saat semua masih meringkuk kedinginan, aku duduk bersandar tembok melihat ke kiri dan ke kanan. Endah masih memeluk erat kakiku. Meskipun penisku tegang, tapi aku tidak tega berbuat yang bukan-bukan kepada gadis berwajah innocent ini. Meskipun usianya sudah menginjak 21 tahun, masih tampak seperti anak baru lulus SMP. Kulitnya tak secerah Marsitah, tapi juga tidak gelap-gelap amat. Maniiis sekali.

Cerita Bokep Seru | Aku benar-benar tergoda ingat Marsitah yang main “kuda2-an” dengan Kang Ponijan tengah malam tadi. Masih kuingat lenguhan lenguhan penuh kenikmatan dari mulut gadis Temanggung yang imut itu. Mengerang sambil mendongak penuh “penderitaan”. Oooh….Marsitah……. kupandangi betapa mesranya dia rebah tak berdaya di dada Ponijan. Duh…Kang Ponijan sampeyan sungguh beruntung…..Ingin sekali ikut mencicipi cewek ini, malam ini………… Kuberanikan diri menjangkau selimut Marsitah yang terhalang oleh tubuh Endah. Kubuka pelan-pelan kain yg dipakai selimut. Ternyata di balik selimut itu gak ada apa-apa!!! Pantatnya….wuihhh, putih mulus. Aku tak bisa menyentuhnya, cukup jauh. Apalagi karena tangan Endah memeluk erat kedua kakiku yang kuselunjurkan. Aku tetap bersandar ke tembok menikmati kemulusan tubuh cewek Temanggung yang mirip panlok ini. Karena merasa kedinginan akibat selimutnya kubuka, Marsitah secara reflex menarik kain itu. “Mmmh….” Dia membetulkan letak selimutnya, melepaskan pegangannya pada Ponijan. akibatnya tubuhnya mlorot dari dada Kang Ponijan dan jatuh di sebelah tubuh Endah. Sekarang tanganku bisa menjangkau wajah cewek ayu ini. Kubelai rambutnya, kuelus pipinya yang mulus. Gerakan-gerakanku tidak membangunkan Marsitah, malah mengusik Endah. Dia malah memperbaiki posisinya makin naik dan menaruh kepalanya di pahaku memeluk lebih erat. “Hiiiihh. ….. dingin, Pak” dia menggumam. Wah….. payah ternyata cewek ini tidak tidur. Terlanjur mupeng , tanganku tetap berusaha menjangkau dada Marsitah. Kusingkap lebih jauh selimut itu. Tampak bukit putihnya yang sebelah kanan. Putingnya sudah tegak ! Ini tanda dia terangsang. Kuteruskan menyentuh “lereng atas” gundukan daging putih itu, karena hanya itu yang bisa kujangkau. Kuelus-elus terussss… sehingga tubuhku semakin beringsut maju. Aku semakin bernafsu. Menyentuh daging lembut itu berakibat ada aliran rangsangan yang mengalir deras ke pembuluh darahku, membuat badanku terasa hangat dan makin lama makin panas. Kemaluanku sudah sangat tegang mengeras, sehingga menyundul muka Endah. Ketika perhatianku terpusat untuk menjamah dada Marsitah, tau-tau Endah sudah menguak sarungku dan meraih penisku yang tegang. Tanpa kuduga sebelumnya, benda hitam itu sudah masuk dalam mulutnya yang mungil. Oooooh…….. lidahnya mengurut-urut batangku. Ludah yang basah dan hangat itu memperhebat rangsangan yang sudah kuterima karena melihat dada Marsitah. Endah yang berwajah kekanak-kanakan dan terkesan innocent ini…..sungguh di luar dugaan… lincah sekali melakukan tugasnya.

“Enak…Pak?” matanya memandangku penuh nafsu. Kubelai rambutnya. Anak manis, anak manis. Kepalanya naik turun mengurut-urut batangku yang semakin memanjang dan makin keras. Otot-otot bertonjolan di sepanjang batangku karena menerima elusan2 bibirnya. Puas mengoral penis, Endah duduk. Tanganku dituntunnya ke arah payudara di balik bajunya. Terasa ada tonjolan empuk di balik baju tebal itu. Tidak hanya itu, tanganku dibawanya masuk ke balik bajunya. Kini telapak tanganku dapat merasakan kehangatan dan kelembutan bukit kembarnya yang…… luar biasa…… ternyata susu Endah lebih besar daripada punya Marsitah. Daging empuk itu kuremas-remas dengan lembut. Sekali-sekali kuusap pelan putingnya. Endah memejamkan mata menikmati sensasi rangsangan di ujung putingnya. Penasaran ingin melihat bentuknya, kubuka baju Endah, Wow…. Bukit yang indah. Bola putih itu lebih terang dari daerah sekitarnya. Memang kulit Endah tak secerah kulit Marsitah atau Bu Etik, tetapi belangnya itu menimbulkan sensasi tersediri. Kukulum putingnya dan kuremas lembut bergantian, Endah menatap terus kemana pun bibirku menyentuh bukit kembarnya. Dia sangat menikmati.

Endah kini duduk di pahaku, celana dalamnya disibakkan ke kiri lalu tampak vaginanya yang berambut tipis. Aku berhenti meremas dadanya, kuangkat tubuhnya, sehingga dia berdiri tepat di hadapanku. Celana dalam biru berenda itu tepat di mukaku. Kusibakkan lebar-lebar CDnya sehingga tampak bukit putih yang terbelah oleh parit merah jambu. Kujilat lembut parit indah itu, bau pesing menyeruak hidung, bau itu malah meningkatkan gairahku. Kutusukkan lidahku ke belahan surgawi itu.

“Ssssss…..ssssssss………mmmhhh…..” Endah berusaha menahan rintihannya. Di saat aku sudah melahap tempiknya Endah yang pesing tapi enak itu, Duwik terbangun dan sekarang sedang mengurut-urut tongkat Kang Ponijan. Ponijan tetep saja ngorok. Apalagi tadi sudah mendapat jatah dari Marsitah. Tidurnya tambah lelap Duwik tidak peduli, dia terangsang melihat Endah sedang dioral. Aku hanya melirik sebentar, karena Endah sudah tidak tahan. Dia kini menurunkan pantatnya, lubangnya yang sudah basah dan menganga itu diarahkannya ke penisku yang sudah teracung menunggu dengan tidk sabar. “Aaahhhhh……..Paaaakkk! Ooohh……sssssssss……..addduuuu…h Aku tadi pengin banget kho Pak lihat Bu Etik.” Endah berbisik, kepalanya direbahkan dipundakku.

“Ooo. Jadi tadi kamu tau, ya?” tak menggubris pertanyaanku pantatnya aktif naik turun, makin lama makin cepat. Agaknya Endah sudah menahan lama sejak dia melihatku bergumul dengan Bu Etik tengah malam tadi. Kini tinggal menunggu saat-saat terakhir bendungan itu jebol.

“He..eh….hooh….hoooh….aku… .aku..….hhsss….hssss…..” Endah rupanya hampir mencapai klimaks. Tak bisa kutahan lagi, cairan hangat menyemprot membasahi pahaku. “Aduuuh….aku ora kuwat Pak.” Badannya terkulai di samping Bu Etik. Tongkatku yang masih tegak berdenyut-denyut menunggu penyelesaian. Aku berdiri….. kudekati Duwik dan kusodorkan batangku yang tegang memanjang yang disambut Duwik dengan mulut yang siap melahap. Aku masih berdiri, Duwik berlutut sambil terus mengulum tongkat hitamku. Kepalanya maju mundur sambil sekali sekali melihat ke atas. “Panjaaaang banget, punyamu Pak!” Kuraih tali behanya dan melorot sendiri karena gerakan kepalanya maju mundur melahap lontong ajaib. Segera tampaklah bukit kembarnya yang tak kalah putih dengan milik Marsitah. Bedanya Duwik punya putting lebih besar dan lebih sekel. Pemandangan itu membuat aku semakin tidak tahan lagi. Karena sudah tidak tahan, Duwik kurebahkan telentang di samping Kang Ponijan. Dikegelapan ruangan, tubuh Duwik tampak terang, putih sekali, cewek Wonogiri ini. Rambut kepala dan rambut bawahnya sama merahnya. Sekilas seperti wanita bule, Kuarahkan penisku ke lubangnya yang sengaja dilebarkan sendiri oleh Duwik.

“Pak……masukkan yang dalem……..oooh………ooh……….” kusergap bibir gadis Wonogiri yang manis ini. Lidahku dan lidahnya bergantian masuk keluar, sambil merasakan lubangnya yang sangat sempit.

“Addduu….kebesaran barangmu…Pak….ssss…..sssss……..terussss….” Kurasakan peluh membasahi dada dan perut Duwik meskipun udara sangat dingin. Kupercepat gerakanku karena sudah terasa di ujung perjalanan. “Wiikkk……..aku….hampirrr……” Duwik memutar pantatnya ser….ser……kedua kakinya naik menjepit punggungku……..”Paaaak…….oooh…..mhh!” Duwik memelukku erat sekali.

Suasana sunyi sesaat dan tiba-tiba kudengar “Oooohhh……..ohhh……..” kutoleh asal suara itu. Ternyata suara itu berasal dari Yuni yang berada di dalam sarung Joko. Wah, Joko dan Yuni baru saja mengakhiri ronde kedua juga. Bener-bener pertempuran yang melelahkan. Seisi Posko tertidur sampai matahari sudah tinggi.

Ponijan yang bangun paling awal, kaget melihat suasana “medan pertempuran” yang berantakan. Ponijan heran dan gemas melihat posisiku yang tumpang tindih dengan Duwik dan memperhatikan Joko yang “membungkus” Yuni dengan sarungnya. Lebih-lebih setelah melihat Bu Etik yang kainnya tersingkap dan bibir bawahnya “ngeweh” berlepotan sperma. Ponijan langsung terkena “limbah beracun” yang menyelimuti Posko mesum ini. Ponijan merasa iri kenapa dia sendiri nggak kebagian, kalau semua bisa kenapa aku tidak? Maka yang harus terjadi, terjadilah !! Adegan terakhir pagi itu adalah “pemerkosaan” yang dialami Bu Etik. Dengan ganas Ponijan menghabisi Bu Etik. Bu Etik mula-mula berusaha menolak, tapi setelah merasakan keampuhan tongkat wasiat Kang Ponijan, hanya bisa merem melek dan mendengus-dengus keenakan. Aku hanya bias menyaksikan dengan badan lemes adegan terakhir pagi itu.

Baru terjadi sekali itu, kita bangun kesiangan. Jam Sembilan baru bangun semua. Penuh kemesraan Bu Etik masih ngelendot Kang Ponijan. Malam yang sangat panjang. Tapi tugas masih menungu. KKN belum selesai. Mungkinkah dan masih sempatkah aku menikmati Marsitah? Mungkin nanti malam. Hayooooo banguuuuun.!!!! Bangun, bangun,……… Oh. KKN yang nikmat dan innnndaaaah!( Kupersembahkan buat seseorang bekas penghuni POSKO di Semarang Barat).


Cerita Bokep Seru: Kuliah Kerja Ngentot – Bagian III

Cerita Bokep Seru | Selama dua bulan KKN, rasanya hidup penuh penderitaan. Tetapi setelah POSKO itu mengalami perubahan “iklim” dari iklim “ KKN” menjadi iklim “ KLN ” penderitaan yang berat itu seperti tak terasa. KKN semua sudah tau artinya, sedangkan KLN apalagi kalau bukan berarti “kelonan” Jika diterjemahkan secara bebas artinya tidur bersama. Sebelumnya para mahasiswa berharap KKN itu segera berakhir dan pulang ke Semarang bertemu keluarga, tetapi setelah berganti “iklim”, para mahasiswa ingin KKN itu bisa berlangsung lebih lama, kalau bisa diperpanjang satu atau dua bulan. Minggu terakhir di bumi Bonomerto diliputi suasana bulan madu. Suasana penuh kemesraan dan kasih sayang. Sudah menjadi pemandangan biasa bila malam hari, Kang Ponijan dipijit oleh Bu Etik. Tepatnya saling memijat. Joko dengan setia malam-malam mengantar Yuni ke sendang untuk pipis, padahal biasanya cukup pipis di belakang rumah. Endah atau Duwik sekarang tidak malu-malu berganti pakaian di depan kita para cowok, bahkan sering minta tolong Joko, atau aku untuk mengancingkan kait beha. Tetapi yang luar biasa adalah keberanian Bu Etik memelopori acara “swinger” yaitu pergantian pasangan tidur. Sehingga Joko tidak selalu dengan Yuni. Begini kejadiannya:

Malam hari sepulang dari acara peresmian penggunaaan jalan desa yang selesai di aspal, Joko memboncengkan Bu Etik dengan motor Bu Etik.. Itung-itung “memerawani” atau “nganyari” jalan baru Memang, ini pertama kali kita memakai motor dalam kegiatan KKN. Sebelum jalan itu diaspal. kondisi jalan sangat buruk, motor para mahasiswa KKN hanya dititipkan di rumah Pak Lurah. Joko mengendarai Vario Bu Etik dengan kencang, lampu menyala terang. Jalan yang semula tampak putih dan berdebu, malam itu tampak hitam mulus. Motor melaju tanpa goncangan sedikit pun. Mereka berdua tiba di Posko dengan cepat. Yang lain masih jalan kaki, karena males ambil sepeda motor di kelurahan. Bu Etik memang sudah berencana jauh-jauh hari, mau menjadi orang yang pertama kali merasakan mulusnya jalan baru itu, maka sebelum peresmian sudah mengambil motornya di rumah Pak Lurah.

Tiba di Posko, masih sepi. Begitu turun dari motor, Joko langsung buka celana dan kencing di halaman rumah, rupanya Joko sudah lama menahan kebelet pipisnya selama acara peresmian tadi. Dia buka celana di depan Bu Etik. Joko membelakangi jalan, mengencingi pohon kelapa di depan rumah. Bu Etik tentu saja bisa melihat “pancuran” milik Joko dengan jelas.

“Joko ki ……ngawur” Bu Etik protes, padahal sebenarnya dia horny “ Kalau ada penduduk yang lewat apa nggak malu?”

“Halah,….. gelap saja kok Bu. Paling-paling yang liat hanya Bu Etik” santai dan cuek Joko terus memegangi adik kecilnya “menyirami” pohon kelapa.

“Halah barang jelek gitu dipamerke…….. barang kayak begitu aja apa bagusnya…” Bu Etik pura-pura cuek, memutar badan menghadap ke jalan, tetapi matanya melirik ke situ, “Busyet, panjang bener tongkol anak ini.” kata Bu Etik dalam hati. “Lama bener kencingnya,”

“Yak…ampuuuuunnn… kamu makan pete berapa kilo…baunya……wuuekk…” Tak tahan baunya Bu Etik masuk rumah dan keluar lagi…….. membawa seember air di siramkan ke pohon kelapa. Joko terkejut, celananya basah. Joko marah-marah. Tetapi Bu Etik malah tertawa geli. Tanpa memasukkan kendaraan lebih dulu, Joko masuk rumah yang masih gelap itu hanya diterangi korek api yang yang dinyalakan sesaat. Dia bermaksud mengganti celana yang basah itu. Untuk membantu Joko, Bu Etik menghidupkan mesin motornya dan menyalakan lampunya, kemudian memasukkan sendiri motornya. Suasana gelap menjadi terang oleh cahaya motor. Motor masuk rumah dengan sinar yang terang, Posko yang gelap itu menjadi terang . Sinarnya sengaja diarahkan ke penis Joko.Di saat itulah Bu Etik melihat Joko tak bercelana sibuk mencari sarung dengan “belalai” terayun-ayun “Dalam keadaan biasa saja, sudah begitu panjang, kalau sedang tegang… iih…..”membatin Bu Etik terkagum-kagum melihat penis Joko. Karena gelap dia tidak segera menemukan sarung atau celana pendek. Joko kembali marah-marah, tetapi Bu Etik malah tertawa geli melihat keadaan Joko. Dengan lampu itu, Bu Etik turun membantu mencarikan sarungnya . Setelah ditemukan tiidak segera diberikan, sengaja Bu Etik menggoda Joko. sarung itu disembunyikan di balik badannya. Joko datang meminta, dan Bu Etik terus mundur menjauh.

“Bu, jangan bercanda, ah. Nanti keburu yang lain datang…..sini, dong Bu!” Joko terus mendekat.

“Sini, aku yang pakaikan. Kasihan, tuh…kedinginan adik keclmu.” Bu Etik memasukkan sarung di kepala Joko. Ketika gulungan sarung itu menyentuh penis Joko dan nyangkut di situ Bu Etik tanpa ragu-ragu memegang kemaluan Joko yang lumayan gede itu.

“Ooo,…….anak nakal. Kamu harus dihukum, bikin pesing halaman.” Ditariknya sedikit penis Joko dengan gemas.

“Adoooo….. putus nanti, Bu.” Joko berteriak kesakitan. Bu Etik melepaskan benda kenyal itu dan segera membaui tangannya … …nyengir, ”Ih…….jorok……pesing banget……. Sini…… harus dicuci bersih!”

Bu Etik mengambil sisa air di ember. Dimandikannya “burung “ Joko. Yang punya burung senyum-senyum senang. Dipegang jari-jari lentik wanita cantik, burung itu cepat bangun. Diguyur lagi, dielus lagi. Hanya dalam hitungan detik penis Joko sudah berubah memanjang dan membesar. Kemerah-merahan dan tampak perkasa. Di bawah terangnya cahaya motor, otot-otot hijau yang bertonjolan itu makin menggoda dan membuat Bu Etik bernafsu. Masih diterangi cahaya motor, Bu Etik tak tahan lagi untuk melahap lontong sumber kenikmatan itu. Sarung itu akhirnya mlorot ke tanah yang becek tanpa dihiraukan oleh yang punya. Joko sedang merem –melek merasakan kenikmatan luar biasa disepong mulut mungil Ibu Kepala Sekolah. Karena bau asap dari sepeda motor semakin menyesakkan, Bu Etik cepat-cepat memutar kunci kontak ,”Klik.” . Suasana berubah gelap. Pikiran dua insan itu juga sudah gelap. Joko tak sabar segera memetik “pepaya” Bu Etik yang bulat dan putih. Sekarang Joko bisa menyentuh bukit kembar yang indah ini. Tadi pagi, dia hanya bisa melihat Ponijan dengan rakus mengisap dan merabai dada yang putih dan empuk ini. Suasana memang gelap, tapi fantasi Joko sangat terang membayangkan penampakan Bu Etik. Lebar telapak tangan Joko tak cukup untuk meremas payudara Bu Etik yang jauh lebih besar daripada milik Yuni. Aktifitas Joko di dada Bu Etik menjadi lebih leluasa, karena Bu Etik membantu dengan membuka sendiri baju dan bra hitamnya. Sekarang dua daging bulat itu menggelayut bebas. Joko mengisap dan meremas keduanya bergantian. Pintu Poskomasih terbuka, mereka masih berdiri. Lampu minyak belum sempat dinyalakan. Dua makhuk yang sedang berenang di lautan nafsu itu tidak peduli. Gelap dan sepi, hanya terdengar dengusan nafas dua manusia berpacu dalam gelora nafsu.

“Ssssssss……… isap terus Jok…….sssss……… mana tongkolmu cah bagus……..ouw……” Bu Etik mengerang dan mendesis sambil tangannya aktif mencari di mana tongkat Joko berada. Oentungan oanjang itu teracung-acung menyentuh paha Bu Etik. Akhirnya tangan Bu Etik dapat menangkap tongkat panas itu. Di pijit-pijit dengan gemas otot yang berdenyut-denyut itu. Bibir Joko mencari bibir Bu Etik, lalu keduanya berpagutan bagaikan sepasang kekasih yang lama tidak bertemu. Dengus nafas mereka menyatu, Bu Etik merasakan dadanya diremas Joko. Joko menikmati belaian jemari lentik Bu Etik di kemaluannya. Posko yang gelap itu menjadi saksi sepasang mahasiswa beda gender beda usia sedang mereguk kenikmatan terlarang di Posko mesum itu. Joko jauh lebih muda daripada Bu Etik. Tetapi apa mereka ……………… peduli? Angin malam yang dingin masuk melalui pintu yang terbuka, tetapi mereka tidak menutupnya malah masuk kamar bergumul memuaskan gelombang birahi yang menggelegak.

Karena aku dan rombongan berjalan kaki, setengah jam baru mencapai Posko. Dari jalan, Marsitah melihat ada yang aneh di Posko. Pintu terbuka, tetapi dalam rumah masih gelap. Lampu jalan juga belum dinyalakan. Marsitah menaruh jarinya di bibir, menahan langkah kami. Dia mendekati Posko berjingkat-jingkat. Aku mengikutinya dan minta yang lain untuk berhenti di jalan. Marsitah melepas sepatu, dengan kaki telanjang dia mengendap mendekati pintu, aku di belakang Marsitah masuk pintu yang terbuka lebar. Bau asap motor menyengat. Sayup-sayup kudengar dengus nafas berat dan rintihan dari dalam. Marsitah menggandeng tanganku mendekati kamar. Suara dengusan nafas kian jelas terdengar. Rintihan Bu Etik terdengar manja sekali. “Jokoooo…….. terusss……tongkolmu guedeeeene tenan Jok …….. aahhh………enak …..mmhh……” Marsitah berhenti. Dia menahan nafas. Aku ikut berhenti, juga menahan napas. Marsitah merapatkan tubuhnya ke tembok, aku terus menempel tubuhnya merapat ke dinding. Suasana mulai diliputi hawa “beracun” Marsitah merasakan hal yang sama. Dengusan nafas Joko kian terdengar jelas. Sekali sekali Bu Etik menjerit kecil. Aku makin mepet ke tubuh Marsitah. Sama-sama konsentrasi mendengarkan kegiatan rahasia di kegelapan itu. Semakin berkonsentrasi, semakin meresaplah racun itu merasuk otakku dan otak cewek yang menempel hangat di depanku. Makin lama tubuh Marsitah semakin panas. Perambatan panas itu mengakibatkan tubuhku seperti diselimuti kantong tidur yang nyaman. Bau wangi campur keringat cewek ini merangsang sekali. Kucium belakang telinga Marsitah. Dia mengelinjang kegelian. mau menghindar tapi tubuhnya kepepet. Mau protes tapi takut kedengaran yang ada di dalam. Kuraba dan kuelus pahanya. Marsitah diam menggigit bibir melawan rangsangan yang menjalar di sepanjang pahanya. Tanganku merayap naik ke pangkal pahanya. Kuelus-elus celana dalamnya. Kutekan dan kucolokkan jari-jariku di celah memanjang yang membelah vaginanya. Walaupun terhalang celana dalamnya, tusukan itu sudah mampu membikin celananya basah. Sayang usahaku terpaksa kuhentikan saat aku mendengar langkah-langkah mendekat. Ponijan dan tiga cewek di luar tak sabar menanti dan ingin tahu apa yang terjadi di dalam Posko yang gelap dan misterius itu. Aku bermaksud keluar, namun Marsitah malah memeluk tubuhku dari belakang. Mesin sex cewek Temanggung ini sudah terlanjur aku starter, tak mungkin mau diam dan berhenti. Kini gentian tangan Marsitah masuk ke celana dalamku dan merenggut keluar batang kemaluanku yang sudah mengeras sejak tadi.Penuh nafsu Marisitah mengurut-urut penisku. Aku sebenarnya merasa keenakan tapi hatiku semakin was-was. Suara langkah di luar beringsut-ingsut mendekat menyadarkan Marsitah untuk menghentikan aktifitasnya.. Rupanya Joko dan Bu Etik sudah sampai pada puncaknya juga, terdengar lenguhan Bu Etik yang panjang dan desah kepuasan Joko melepaskan peluru-peluru terakhirnya. Marsitah terdiam “menikmati” klimax pertempuran di dalam kamar dengan tetap memegang penisku yang berkedut-kedut. Lalu berbisik di telingaku ,”Sudah…selesai!” Aku mengangguk. Dia melepaskan penisku dan menggandengku berjalan keluar. Di pintu berpapasan dengan Yuni, “Bruk…grobyag!” tangan Yuni menggapai daun pintu untuk menahan tubuhnya yang hampir jatuh karena bertabrakan dengan Marsitah. Suasana jadi ribut, Yuni dan Marsitah malah kertawa cekikikan. Joko keluar kamar sambil menyalakan korek api. “Ada apa?” Yuni bangkit dibantu Marsitah tapi begitu melihat Joko yang datang membawa korek api yang menyala, dia terpekik,” Iihhh……” Aku dan Marsitah menoleh dan ikut kaget bercampur geli melihat Joko pakai baju komplit tapi nggak pakai celana. “Ups…..asssuu…aku lali” lalu lari ke dalam mengambil sarungnya. Pecahlah tawa kita. Apalagi ketika Ponijan terpelesek tanah becek dekat motor, “Blegg!” Ponijam menyumpah-nyumpah,”Sialan……siapa bikin comberan di dalam rumah?” Tak habis-habis kita tertawa. Suasana gelap sudah menjadi terang karena Marsitah sudah menyalakan lampu mInyak. Endah juga sudah menyalakan lampu jalan. Ponijan memindah motor Bu Etik agar tidak menghalangi jalan. Semua berkumpul di kamar tamu, kecuali Bu Etik. Joko duduk memeluk lutut berkerudung kain sarung di ujung tikar sebalah kanan. Diam tak mampu bicara, mati kutu diserang dari berbagai arah dengan ejekan dan sindiran. Dia hanya bisa cengar-cengir. Suasana riuh tiba-tiba terdiam, ketika Bu Etik keluar dari kamar dengan rambut awut-awutan. Hebatnya, Ibu Kepala Sekolah satu ini pandai menguasai keadaan, tahu dirinya bakal jadi bahan canda, Bu Etik masih bisa berakting dengan meyakinkan,

“Tidak sopan! Baru ada pelajaran penting, malah ribut! Ayo tidur, sudah malam!”

“Maaf, Bu, saya tidak tahu kok, Bu. Jangan disetrap, lho, Bu!” Endah pura-pura takut.

“Bu Guru, Bu Guru……tadi ada yang ngintip, lho. Disetrap saja, Bu” Duwik menunjuk Marsitah. Yang ditunjuk mendelik pada Duwik, tapi tersenyum pada Bu Etik,”Aku tadi bermaksud mau nolong Ibu, tadi kok menjerit, apa Joko nakal, Bu?” Semua tertawa. Kecuali……Yuni . Yuni diam dan cemberut. Agaknya cewek hitam manis ini tidak rela “kekasih”nya dipakai Bu Etik. Joko tanggap terhadap situasi, segera memeluk Yuni dan mendekap erat. Yuni mula-mula menolak, menunjukkan sikap tidak senangnya Joko tidur dengan Bu Etik. Tapi Joko terus mendekap erat Yuni tanpa sungkan-sungkandi lihat seisi Posko. Tak ada lagi yang tertawa, semua terdiam serius. Ternyata Yuni tak bisa bercanda. Dia jealous. Semua terdiam mendengar isak tangis Yuni yang tertahan. Bu Etik jadi merasa bersalah namun hanya bisa menghela nafas panjang. Terus mau apa? Endah mendekati Yuni mencoba memberi pengertian. Tetapi Yuni tidak menanggapi kata-kata Endah. malah tidur dan menutup mukanya dengan bantal.

Joko punya cara khusus, dia terus mencumbui Yuni, dengan lembut bantal yang menutupi muka Yuni dibuka, kepala Yuni diangkat untuk diberi bantal, sangat lembut dan romantis. Dibelai rambutnya penuh kemesraan, sambil berciuman. Lembut sekali Joko mencumbu Yuni. Sekarang Endah hanya jadi penonton yang paling dekat drama indah itu. Ciuman Joko turun ke leher Yuni. Cewek hitam manis ini mulai hanyut dalam aliran hipnotis asmara. Duwik dan Endah ikut terhanyut dalam suasana syahdu dua insan itu. Tangisan Yuni sudah berubah menjadi desahan desahan mesra. Duwik tak terasa mengikuti proses foreplay Joko terhadap Yuni. Duwik merabai sendiri dadanya. Dibukanya bajunya dan dirabanya sendiri payudaranya yang super itu. Joko sudah membuka bagian atas tubuh Yuni, payudara Yuni yang kecil tapi kenceng itu sudah dilumat habis oleh bapak beranak satu yang berkulit kuning bersih itu. Endah mengagumi bulu-bulu dada Joko dan seluruh rambut di sekujur tubuh Joko. dia ingin sekali menyentuh rambut keriting di dada Joko yang menggemaskan itu tetapi terhalang okeh tubuh Yuni. Maka Endah pindah posisi ke belakang Joko. Di rabainya dada Joko dari belakang. Yuni tak sempat lagi melihat Endah karena matanya merem merasakan nikmatnya disepong susunya oleh Joko. Yang paling cerdik Duwik, posisi yang paling bagus adalah berada di bawah pantat Joko. Duwik memanfaatkan kesempatan, sebelum penis itu dipakai yang punya, Duwik sempat menikmati tongkat panjang dan hangat itu dengan bibirnya. Dengan menungging, kepala Duwik maju mundur mengurut-urut batang kemaluan Joko dengan penuh semangat. Pantatnya yang putih terakspose dengan nyata. Lenguhan dan dengus penuh nafsu keempat mahasiswa yg khilaf memenuhi Posko mesum menyatu menjadi sebuah simfoni yang indah. Ssss….Oooo….ssss….adduuu….sshhh…terusss…. aaahhhh…. Ponijan sangat terangsang melihat pantat Duwik yang putih mulus. Dengan penis hitam besar yang teracung, Ponijan berlutut mendekati Duwik. Dari belakang tampak jelas, lubang kenikmatan Duwik menganga dan basah.Celdamnya sudah melesak masuk “parit” menampilkan bulu-bulu kemaluan berwarna pirang yang bertebaran dilereng-lereng tempiknya yang putih. Ponijan sudah tak kuat lagi menahan diri. Tak perlu lama-lama, segera terdengar lenguhan Duwik yang “menangis memilukan” terkena tusukan tongkat wasiat Ponijan yang hitam dan berukuran jumbo itu. Duwik megap-megap disodok-sodok tongki Ponijan. Tak mampu lagi dia nyepong penis Joko. Wajah Duwik mengekspresikan kenikmatan luar biasa. Aku sangat terangsang melihat penis Ponijan yang hitam itu membelah vagina Duwik yang putih. Apalagi Ponijan kini menyingkap rok Duwik sehingga keseluruhan pahanya yang putih mulus itu tampak berkilau di keremangan cahaya lampu minyak. Glek, tak terasa aku menelan ludah.

Saatnya untuk “eksekusi” Marsitah, aku menoleh ke samping kiri, adduuuh…kenapa Marsitah berselimut rapat begini. Apakah dia dan Bu Etik tidak mengikuti “film bokep” di ruang tamu ini? Dua wanita ini tak ada reaksi, tidur dengan tenang…. aneh… Aku jadi gelisah… Marsitah tidur membelakangiku. Panasnya udara mesum di kamar itu membakar hangus syarafku, tetapi cewek idamanku, mimpiku setiap malam, malah tenang-tenang meringkuk dalam selimut. Padahal baru sejam yang lalu cewek ini mendekapku penuh nafsu. Oooh….. Marsitah. Kuhimpun keberanianku untu menumpangkan tangan kananku di pahanya. Wow…… hangat sekali. Kutelusuri pelan dan lembut kehalusankulit di balik selimut itu. Tak ada reaksi. Aku beringsut maju semakin mendekat Inya, belum sampai tersntuh pun sudah terasa pancaran hangat tubuhnya. Bau keringatnya yang khas menusuk hidung, berjalan sekian jauh membuat tubuhnya berkeringat. Tapi bau itu bagiku harum dan merangsang. Gelora rangsangan birahi membakar dan menghilangkan segala pertimbangan, mematikan rasa takut. Selimut di kakinya kuangkat dan kugeser. Tampak betisnya yang bersih dan putih. Kutarik terus ke atas …… pahanya yang mulus dan halus …terus naik…..aaah…..celana dalamnya …aahhh….. basaaaah…. cairan bening mengalir turun dari kemaluannya. Oo….. kasihan sekali cah ayu….sudah horny sekali…tapi Marsitah menahan diri…….biasa cewek suka jaim. Tanpa pemanasan dan segala ritual yg bikin ribet, kucolokkan jariku ke lubang becek itu….hangaaaat sekali. Marsitah sudah lebih dari siap untuk penetrasi. Tanpa kuceritakan bagaimana aku melepas celdamku , kudorong pelan rudalku yang sudah siap tempur sejak jaman Jepang, menembus lubang becek cewek jaim ini.

“Ssssss……mmmmmm………..” mendesis mulut Marsitah merasakan ada sesuatu menembus tubuhnya. Mengganjal tapi enak. Besar dan panjang tapi….terasa nyaman. Kusingkap selimut itu sehingga keseluruhan pantat Marsitah yang bulat padat dan putih itu terpampang jelas. Kutarik batangku sehingga lipatan lipatan daging di vagina Marsitah ikut keluar, kudorong penisku masuk, ikut masuk. Crep….crep…..crep…. pelan tapi pasti. Makin dalam tusukanku, makin jelas Marsitah mendesah. Tidak bisa jaim lagi. Marsittah mulai bereaksi. Pantatnya bergoyang.

“Pak……sing jeruuu…… asssuuuuu…..uenak tenan…..” akhirnya sifat aslinya muncul. Cewek ganas. Dari tidur posisi miring, sekarang nungging, tetap kutusuk dari belakang agak ke atas. Lubang itu terasa sangat sempit.

“Oooo……tongkolmu…..Pak…..hhh…..mmhh…..terusss…teru sss…….keras banget siihh…..wuuuhhhh..” Tusukanku tetap cepat dan mantap. Cepat dan dalam. Setiap menyentuh dinding terdalam, semua perbendaharaan kata-kata kotor berlompatan keluar. Gerakan Marsitah semakin liar. Pantatnya disodok-sodokkan mengimbangi gerakanku dengan berlawanan arah. Tiba-tiba dia bangun, sehingga penisku terlepas dengan paksa “Plop!” lalu merangkul pundakku dan “membanting” tubuhku hingga aku tertelentang. Agaknya ini posisi favorot dia. Aku ingat kemarin malem Marsitah “mengeksekusi Kang Ponijan yang lagi tidur dengan posisi begini. Bagaikan penunggang kuda yang kesetanan dia memacu “kuda” dengan irama cepat dan segala macam “kata mutiara” dari neraka keluar. Kegilaan Marsitah ditambah lagi dengan hadirnya Bu Etik, yang “terkena racun” melihat Marsitah kesetanan. Beliau sudah bugil total! Mengangkang di dadaku. memiawnya yang dulu pernah aku obok-obok itu kini diarahkan ke mulutku. Jembutnya yang rimbun menyerodok hidungku. Bau khas cairan wanita menyengat. Lidahku kujulurkan untuk menusuk belahan vagina “Camelia Malik” yang sedang khilaf ini. “Ooh….oooh…..sssshh….sssh! bagaikan simfoni suara desahan, dengus dan teriakan itu memenuhi Posko mesum malam itu.

Kutoleh ke kanan, Endah sedang dihajar oleh Joko. Kepalanya oleng ke kiri dan ke kanan. Endah menangis atau merengek manja menandai betapa nikmatnya disetubuhi cowok ganteng bertubuh putih, dan berambut lebat sepanjang tubuhnya ini. Endah menggoyang pantatnya dan memutar-mutarnya. lebih gila lagi, Kang Ponijan semakin meraja lela. Yuni diembat juga. Muka Yuni mencium bantal dan pantatnya yang menungging disosok dengan tongkat hitam yang terkenal “sakti” yang bisa bikin wanita jenis apa pun ketagihan. Sudah semua wanita di Posko ini merasakan rudal Kang Ponijan. Dari segi artistic, wajah Ponijan bisa dibilang out of date. Berantakan, pesek dan gigi sedikit tongos. Tapi, Bro…. badan besar, dada bidang dan yang paling disukai cewek….tongkole guwede tenan. Super jumbo.

Bu Etik terus memepetkan bibir bawahnya ke mulutku sambil meremas-remas sendiri bukit kembarnya. Supaya lebih cepat puas, jari-jariku kumasukkan ke lubang basah itu. Kutelusuri dinding rahimnya dengan ujung-ujung jariku. Bu Eti mengerang semakin hebat. Sementara kurasakan gerakan Marsitah tak berkurang gencarnya. Cewek ayu yang binal ini ternyata sangat tangguh. Buah dadanya yang putih dan mancung itu terayun-ayun mengikuti gerakan tubuhnya yang naik turun. Lebih gila lagi Marsitah mendorong Bu Etik menyingkir dari atas tubuhku, dan Marsitah langsung rebah di atas dadaku. Bibirku disergap dan dilumat habis-habisan. Kulitnya yang putih semakin mengkilap karena dibasahi keringat. Bu Etik yang sudah mendapat orgasme terkapar di sampingku, tapi tidak berapa lama, Ponijan datang dan……edan tenan…… Ponijan masih kuat menaiki tubuh Bu Etik. Luar biasa.

Akselerasi gerkan Marsitah bertambah, terus bertambah dan …….luberlah cairan hangat membasahi kepala helmku dan luber ke perutku. Tidak dibiarkan menganggur, Marsitah langsung mengulum peisku yang masih tegang dan basah. Jari lentiknya ikut aktif mengurut-urut. Tidak kuat menahan itu, aku bangun dan Marsitah kutelentangkan di tikar. Pahanya yang mulus dan putih kupentang lebar-lebar. memiawnya yang menganga berwarna merh kehitaman karena ditutup dengan rambut yang rapi, Pelan-pelan kuturunkan rudalku dan dengan mantap ketelusupkan ke lubang kenikmatan itu. Karena tidak begitu basah, aku mengoralnya untuk sekedar membasahinya.. Kusentil-sentil daging kecil itilnya dengan lidahku. Tangan Marsitah meremas-remas selimut menahan rasa nikmat . Lidahku masuk dan menari-nari di dalam sana. Marsitah mengangkat-angkat pantatnya keenakan. Setelah cukup basah, kumasukkan lagi rudalku. Wuuuiiih….. Marsitah…..goyanganmu tak pernah ada matinya. Marsitah menatap penuh nafsu, Pak….aku…mau keluar…lagi…bareng yo Pak?” .Aku mengimbangi dengan mempercepat tusukan di luabangny yang terasa menggigit dan memijit batangku. Pijitan bibir nikmat itu memberi setrum ribuan kilowatt, makin lama makin hebat hingga tak terbendung lagi. “Siiittttaaaah….ooohhhh……”

Harus kuakui, kehebatan Kang Ponijan. Aku sudah berakhir dan terkapar loyo di sekitar Marsitah.Tetapi Kang Ponijan masih tetap semangat menusuk lubang kenikmatan Bu Etik. Wanita luar biasa ini, dalam semalam bisa menghabiskan tiga sampai empat lelaki agaknya. Tubuhnya bugil total. Kini Ponijan melempar semua pakaiannya. Hitam di atas putih. Sungguh indah. Tubuh yang sintal dan putih itu menggeliat-geliat seperti tarian erotic. Mulut Bu Etik tak henti mendesis-desis kepedesan. Bibir tebal Ponijan melumat mulut mungil Bu Etik. Sunggu pasangan yang kontras. Dengusan nafas Ponjan mirip sekali dengan dengus kuda. Hossss….hosss…… dan ditingkah lenguhan Bu Etik….ooohh…ssss….ooooghh…ssss…. Tangan Ponijan tak henti meremas-remas payudaranya yang besar dan bulat. Ini pergulatan terakhir. Semua sudah terkapar kelelahan setelah mereguk bersama kenikmatan mesum dan terlarang. Ponijan menemukan lawan yang sepadan, sama tangguhnya. Akhirnya keduanya sampai pada puncaknya, Bu Etik melenguh hebat dan Ponijan menyemburkan keluar spermanya. Crot…..jauh ke muka Bu Etik. Crooot… basah kuyup wajah Bu Etik penuh cairan putih…..indah sekali. Bu Etik menjilat yang ada di sekitar mulutnya. Hidung mancungnya dihiasi krim putih bening menjadikan wajahnya cantik menggairahkan. Aku tak bisa membayangkan bagaimana seandainya suaminya di Blora tahu???? Mata Bu Etik terpejam penuh kenikmatan. Ponijan terkapar di samping Bu Etik. Hawa dingin kecamatan Suruh tak terasa lagi. Yang terasa hanya kehangatan dan kemesraan. Posko KKN sedang dilanda musim KLN yang mesum, yang nikmat dan yang menggairahkan.

Sampai selesainya KKN dan pulang ke Semarang, kita saling bertukar celana dalam atau kaos dalam yang penuh dengan sperma dan cairan kenikmatan wanita. Aku dan Joko masih sama-sama penasaran. Joko belum “merasai” Marsitah, dan aku belum pernah mencoba Yuni. Paling hebat memang Kang Ponijan. Edan tenan wong kuwi.

Demikan cerita bokep yang terinspirasi dari kisah nyata ini kutulis dengan bumbu di sana-sini, tetapi intinya sama. Nama-nama saya ganti demi menjaga privasi. Tetapi tempat tetap sama.

Back To Top